Presiden Jokowi berbicara soal Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berkaca dari Jerman, Jokowi ingin SMK mengadakan jurusan yang spesifik.

“Kenapa tidak ada spesifik jurusan? Yang saya lihat misalnya di Jerman ada jurusan spesifik. Hanya membuat jendela saja dan memasang jendela, membuat pintu dan memasang pintu, kalau membuat mesin juga spesifik,” kata Jokowi dalam sambutan pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2017 di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2017).
Peserta Rembuknas berasal dari internal Kementerian Pendidikan, kepala dinas pendidikan seluruh Indonesia, organisasi guru, UPT kebudayaan, Lembaga Sensor Film, hingga dewan kesenian tingkat provinsi.
“Kenapa tidak membuat jurusan-jurusan seperti itu? Misalnya jurusan membuat video, itu saja, jurusan membuat aplikasi,” kata dia.
Menurutnya, dinamika global berjalan sangat cepat. Ini perlu disikapi dengan penyiapan pendidikan, termasuk pendidikan vokasi.
Soalnya bila sumber daya manusia tidak disiapkan, bonus demografi di Indonesia bisa berakibat kurang baik Indonesia bisa tertinggal dalam kompetisi.
“2020, kita punya bonus demografi angkatan kerja terbanyak di dunia. Kalau kualitas tidak disiapkan maka akan jadi bumerang bagi kita semua. Oleh sebab itu penyiapan sekolah kejuruan baik sarana dan prasarana harus disiapkan,” ujarnya.
Kondisi saat ini, 42,5 persen tenaga kerja Indonesia adalah lulusan SD. 66 Persen adalah lulusan SD dan SMP. Lulusan SMP dan SMA ada 82 persen.
Jokowi mendapat laporan, guru-guru di SMK terdiri dari 70 persen guru-guru normatif, bukan guru-guru pelatihan ketrampilan. Kondisi ini harus dibalik. Pelatihan untuk guru juga harus diperbanyak. “Sehingga guru-guru SMK banyak guru-guru yang bisa melatih,” kata Jokowi.
sumber: https://news.detik.com